
Ketika Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan, fokusnya sangat berbeda dengan Bung Karno. Bung Karno sedikit sekali perhatiannya terhadap ekonomi. Bukan hanya itu, tetapi politiknyapun sangat sensasional. Amerika dan Inggris dimusuhi dengan slogan ’Amerika kita setrika dan Inggris kita linggis’. Kemudian membuat konfrontasi dengan kampanye ganyang Malaysia.Terus hendak mebuat PBB sendiri yang dinamakan CONEFO atau Conference of the New Emerging Forces dan GANEFO yang dinamakan Games of New Emerging Forces yang mau menyaingi olimpiade. Rakyat terus dimobilisasi untuk mendengarkan pidatonya yang berapi-api untuk mendapat dukungan penuh. Begitu buruk keadaan perekonomian negara pada saat itu, sehingga kemakmuran dan kesejahteraan jauh dari pengharapan.
Kemudian Soeharto sebagai penggantinya memberlakukan slogan "Ekonomi Yes, Politik No." Pola pikirnya sederhana. Kalau mau membangun ekonomi harus ada dua faktor. Yang pertama adalah keamanan dan ketenangan, stabilitas sosial dan politik. Tentang stabilitas itu dia mempunyai pengalaman banyak karena dia seorang militer. Dan konsepnya juga konsep kemiliteran yang paling elementer yaitu siapa yang mengganggu keamanan dan ketenangan akan digilas habis. Dan terbukti menurut catatan sejarah orde baru, banyak orang yang diculik, dibunuh, dipenjarakan tanpa proses hukum demi stabilitas dan keamanan yang harus terpelihara. Nilai-nilai kemanusiaan, HAM, demokrasi dan sebagainya dicampakkannya. Untuk stabilitas sosial politik, urusan ini diserahkan kepada militer, sementara ekonominya diserahkan kepada yang oleh Soeharto dianggap mengerti.
No comments:
Post a Comment