Friday, January 16, 2009
Tuesday, November 06, 2007
Reuni Sari Kuring 5 November 2007

Tepat 5 hari sebelum hari Pahlawan. Para eks stanmasuk 83 (para pahlawan bagi keluarganya) berkumpul di resto sunda sari kuring, kawasan scbd senayan. Seperti biasa bohir tetapnya adalah "Bapak You_know_who"
Tampak dari kiri ke kanan: Ismail, Bambang 'Bangir' Irawan, Edwin Libels, Heru Muara Sidik, Yudha Athena King, Purwoko Prambors, Rully Marullah, Tunggal, Absar Janatin, Aristea, Daswa, Toto-Titi, Agus Kaput, Toto-Rahmanto.
Acaranya biasa, nostalgia, berhaha-hihi....

Tuesday, September 05, 2006
Tak Perlu Lagi Nenteng Disket/Flash Disk

Ketika komputer mulai kita kenal, data biasanya kita simpan dalam floopy disk atau disket yang ukurannya semakin kecil dengan kapasitas penyimpanan yang semakin membesar. Setelah itu kita kenal external harddisk sebagai media penyimpanan yang juga dapat kita tenteng-tenteng.
Kini sedang populer flash disk, yang bentuknya mungil mempunyai kapasitas penyimpanan dari 128 kbytes, 256 kbytes dst.
Sekarang tak perlu lagi kita menyimpan data dengan media tersebut. Kita dapat menaruh data atau files di tempat penyimpanan khusus di dunia maya yang dapat kita akses sepanjang kita terhubung dengan internet. Analoginya seperti kita mempunyai safety box di bank. Silakan berkunjung di http://box.net
Dengan mendaftar terlebih dahulu, anda akan mendapat kuota sebesar 1G yang dapat dipergunakan untuk menyimpan file yang kita anggap penting dan sewaktu-waktu kita perlukan.
Interesting to try. Absolutely Free.
Thursday, August 31, 2006
Pak Voldi dan Pak Urip Penggemar Soto

Friday, April 28, 2006
Wednesday, April 26, 2006
Tragedi Malam Pertama (bag.1)
Penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusian dan prikeadilan. Demikian mukadimah konstitusi kita. Asal-usul munculnya pernyataan seperti ini tidak serta merta, karena dia berlandaskan pada pada kenyataan pahit yang telah dialami oleh bangsa kita berabad-abad yang silam. Bahwa tanah air kita yang tercinta ini, telah menjadi daerah koloni yang nyaman bagi bangsa-bangsa yang lain. Tercatat ada empat bangsa yang telah mencengkramkan kuku penjajahnya di tanah ibu pertiwi ini. Mulai dari bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan bangsa Jepang. Baru pada tahun 1945, bangsa kita bisa memprolakmirkan kemerdekaannya.
Dari literatur yang ada, istilah kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti AS,
Lalu pertanyaan yang muncul kemudian, apakah setelah tahun 1945 bangsa kita telah lepas dari belenggu penjajahan? Ternyata tidak semua dari rakyat Indenesia yang sepakat bahwa bangsa
Tragedi Malam Pertama (bag.2 )
Maka dari dulu, bangsa kita khususnya dalam kaitan kekuasaan sepertinya hanya memiliki tiga karakter utama: karakter penjajah, karakter rakyat jajahan, dan karakter pemberontak. Mereka yang memiliki karakter penjajah biasanya segera dapat dilihat dari sikap serakah, arogansi, suka memaksa, dan sewenang-wenang. Sedangkan karakter rakyat yang terjajah, terlihat dari cirinya yang serba tidak berdaya; yang licik menjilat, yang pengecut cari muka. Sementara karakter pemberontak mencuat melalui perilaku emosional, nekat, dan membabibuta. Masing-masing karakter itu bisa ada pada siapa saja dalam kedudukan apa saja. Karakter penjajah, misalnya, tidak harus ada pada mereka yang berkuasa dalam pemerintahan; karena karakter itu pada hakikatnya muncul akibat ketidakmampuan melawan penjajahan dari nafsu berkuasa.
Sedikit kekuasaan yang ada, sudah cukup membuat yang bersangkutan berkelakuan penjajah. Lihatlah, misalnya, suami yang menjadi penjajah atas istri dan anak-anaknya; guru yang menjajah murid-muridnya atau pemuka agama yang sewenang-wenang terhadap pengikutnya; sopir angkutan umum yang merajalela di jalanan bak penguasa jalanan; pemimpin partai yang menjadi penjajah atas anggota-anggota partainya; para elit politik yang membohongi dan membodohi rakyat; massa yang memaksakan kehendak di jalanan, dsb.
Apapun argumennya, yang pasti penjajahan itu akan meninggalkan sejarah yang kelam. Penjajahan meninggalkan torehan luka yang dalam pada orang-orang atau bangsa yang dijajahnya.Termasuk juga Jepang salah satu bangsa yang pernah menjajah
Tragedi Malam Pertama (bag.3 - habis)

Pesta hajatan yang dihadiri oleh kerabat terdekat telah usai, maka tibalah pada babak selanjutnya yaitu memasuki acara malam pertamanya sebagai pasangan suami-istri. Bahwa malam pertama adalah malam yang sangat dinanti-nantikan oleh semua orang. Jikalah bisa dipinta, maka tentunya semua orang berharap malam pertama itu tidak pernah berakhirkan siang. Wajar saja jika pemuda itu dengan suka cita menyambut malam pertamanya. Harapannya malam itu akan dilaluinya dengan sempurna. Tapi apa lacur?
Pemuda yang lugu itu dengan wajah pucat pasi memandangi istrinya.
Bertemu Tina Sihombing dan Wawan Tunjung

Ketika yang bersangkutan saya sapa, Si Tina keheranan. Mahluk darimana ini yang sok akrab, berani-beraninya menyapa saya. Mungkin demikian yang ada dalam pikiran Tina ketika itu.
Bahkan ketika ada kesempatan untuk menjelaskan kepada Tina bahwa saya adalah teman se-sekolah tinggi lebih dari 20 tahun yang lalu di Purnawarman, Si Tina masih berpikir keras untuk mengingat-ingat saya. Saya memaklumi diri bahwa saya kurang 'gaul' sewaktu kuliah dulu sehingga sulit bagi Tina untuk mengenali saya.

Wawan dan Tina beruntung karena mereka tidak hanya sekantor, tetapi bahkan meja kerja merekapun berdampingan. Sehingga mereka bisa bernostalgia setiap hari.
pemburu alumni
Thursday, April 06, 2006
Reportase Pertemuan di Restoran Samudra

Akhirnya pertemuan akbar yang telah lama direncanakan terealisasi pada hari Rabu Malam di Resto 'all you can eat' Samudra Kuningan.
Tempat duduk sudah di reserve oleh tuan rumah sebanyak 10 orang.
Saya sebagai reporter blog, datang pukul 07.30.
Pak Toto via sms mempersila saya untuk langsung saja rebus-rebus sukiyaki, sambil menunggu Beliau menyelesaikan meeting. Saya jawab, "Nanti saja Pak, enakan rame-rame". Tak berselang lama Boss Absar muncul dengan membawa segepok proposal matang yang disimpan dalam pikirannya. :-)
Sambil menunggu Pak Toto, kita memainkan ponsel mencoba mengundang dan mengkonfirmasi kehadiran rekan-rekan yang lain.
Saya coba menghubungi Pak Uud (sebelumnya saya sudah ber-sms ria). Beliau mohon maaf tidak bisa hadir karena sedang 'gelisah' menunggu kepastian tempat kerja yang baru.
Kemudian saya mengkontak Pak Agung Krishartanto (sebelumnya saya juga sudah ber-sms). Pak Agung belum bisa memberikan jawaban pasti, karena masih dalam perjalanan ke rumah.
Pak Simon Silalahi, coba saya kontak. Beliau masih sibuk bekerja di kantor.
Alamak..... ternyata Pak Simon tidak tahu ada pertemuan tersebut karena belum menjadi anggota milis. Selama berkomunikasi dengan Pak Simon saya menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi anehnya Pak Simon meresponnya dengan 'Boso Jowo' yang bener. ;-)
Setelah itu saya sms Pak Lubis. Beliau sedang mengikuti atau memberikan kuliah (?) di daerah Salemba. Pak Lubis mengusahakan akan hadir bila memungkinkan.
Perlu juga saya sampaikan. Sore hari sebelum keberangkatan ke Resto, saya sudah kontak Pak Bagus untuk mengkonfirmasi kedatangannya. Ternyata Beliau telah salingkontak dengan Pak Catur dan Pak Tri Agung. Dengan sangat menyesal Pak Bagus memberitahukan bahwa yang bersangkutan plus Pak Catur dan Pak Agung, kali ini tidak dapat hadir juga.
Sementara itu Pak Absar sibuk menghubungi Pak Pahala, Pak Yus Zazuli dan Pak Adi (Geng Citos) tapi ketiganya tidak mengangkat handphone mereka. Mungkin sedang 'night meeting'. Ketika menghubungi Pak Hesti. Kita baru tahu bahwa Pak Hesti sedang berada di Cengkareng pesawatnya sedang landing dan akan berusaha keras untuk bergabung.
Pada saat kita sedang sibuk kontak, Pak Toto datang.
Akhirnya acara dinner dimulai dengan diselingi presentasi proposal bisnis oleh Bos Absar. Mengingat proposal bisnis tersebut sangat penting dan sifatnya 'confidential', saya tidak mungkin melaporkan dalam reportase ini.
Sampai dengan acara berakhir, hanya kami 'the three musketeers' yang tetap tinggal di tempat sampai restorannya tutup.
Dengan sangat menyesal dan mohon mangap, kami bertiga akhirnya menikmati santap malam yang sejatinya untuk jatah sepuluh orang.
Jangan kawatir, acara kumpul bareng ini saya yakin bukan peristiwa terakhir.
Masih ditunggu kesediaan rekan milis yang lain untuk menjadi volunteer sebagai tuan rumah suatu saat nanti.
reporter blog